• Beranda
  • Ibu & Anak
  • Plasenta Akreta, Komplikasi Kehamilan Akibat Plasenta Tumbuh Terlalu Dalam di Dinding Rahim

Plasenta Akreta, Komplikasi Kehamilan Akibat Plasenta Tumbuh Terlalu Dalam di Dinding Rahim

Plasenta Akreta, Komplikasi Kehamilan Akibat Plasenta Tumbuh Terlalu Dalam di Dinding Rahim
Credit: Freepik

Bagikan :


Saat hamil, risiko mengalami komplikasi kehamilan bisa datang dari mana saja, termasuk plasenta. Salah satu komplikasi kehamilan serius adalah plasenta akreta, di mana plasenta tumbuh terlalu dalam di dinding rahim (endometrium). Plasenta akreta biasanya ditandai dengan pendarahan hebat. Jika tidak ditangani serius, kondisi plasenta akreta dapat membahayakan nyawa.

 

Apa Itu Plasenta Akreta?

Plasenta adalah organ yang tumbuh di dinding rahim sejak awal kehamilan. Plasenta berfungsi untuk mengantarkan oksigen dan nutrisi dari ibu ke janin. Normalnya, plasenta tumbuh menempel pada dinding rahim.

Namun pada plasenta akreta, plasenta tumbuh terlalu dalam dari dinding rahim sehingga tidak dapat otomatis terlepas dari dinding rahim usai melahirkan. Hal ini dapat memicu pendarahan yang cukup deras dan menyebabkan ibu kehilangan darah dalam jumlah yang cukup banyak.

Dilansir dari Cleveland Clinic, ada tiga jenis plasenta akreta jika dilihat dari kedalaman pertumbuhan plasenta, yaitu:

Plasenta akreta: Tumbuhnya plasenta menempel kuat pada dinding rahim. Plasenta tumbuh tidak melewati dinding rahim atau berdampak pada otot-otot rahim. Kondisi ini adalah jenis plasenta akreta yang paling umum.

Plasenta inkreta: Plasenta inkreta merupakan kondisi dimana plasenta tertanam lebih dalam di dinding rahim dan melekat pada otot-otot rahim

Plasenta perkreta: Plasenta perkreta merupakan kondisi pertumbuhan plasenta yang paling parah dan terjadi ketika plasenta melewati dinding rahim. Plasenta dapat tumbuh menembus dinding rahim dan mengganggu organ lainnya seperti kandung kemih dan usus.

 

Penyebab dan Gejala Plasenta Akreta

Plasenta akreta diduga disebabkan oleh kondisi abnormal pada dinding rahim. Hal ini dapat disebabkan oleh jaringan parut akibat pascaoperasi sesar atau operasi pada dinding rahim lainnya. Namun, plasenta akreta juga dapat terjadi tanpa riwayat operasi di area rahim.

Selain riwayat operasi rahim, risiko mengalami plasenta akreta juga meningkat pada ibu hamil di atas usia 35 tahun, posisi plasenta dan riwayat persalinan sebelumnya.

Yang perlu menjadi perhatian bagi ibu hamil adalah kondisi plasenta akreta umumnya terjadi tanpa gejala atau tanda-tanda khusus selama kehamilan. Namun ibu hamil perlu waspada jika terjadi pendarahan di trimester akhir kehamilan.

Kondisi plasenta akreta dapat dideteksi melalui USG. Untuk itu, ibu hamil dianjurkan rutin melakukan pemeriksaan kehamilan agar dapat mendeteksi masalah pada plasenta selama hamil.

Penanganan Plasenta Akreta

Jika hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa Anda mengalami plasenta akreta, dokter akan menyarankan proses persalinan yang aman bagi Anda. Untuk kasus plasenta akreta yang parah biasanya dokter akan merekomendasikan persalinan dengan operasi sesar.

Plasenta akreta umumnya ditandai dengan perdarahan hebat setelah melahirkan. Jika perdarahan tidak kunjung berhenti, kemungkinan dokter akan menyarankan untuk dilakukan prosedur pengangkatan rahim (histerektomi). Hal ini dilakukan untuk mencegah kehilangan darah terus-menerus jika sebagian atau semua plasenta yang melekat pada rahim masih tertinggal setelah persalinan.

Namun prosedur histerektomi bukan tanpa risiko. Dengan melakukan prosedur pengangkatan rahim, maka Anda akan kehilangan peluang hamil di kemudian hari. Untuk itu, sebaiknya bicarakan dengan dokter mengenai pengobatan terbaik yang sesuai dengan kondisi Anda.

Ingin tahu informasi seputar kehamilan, menyusui, kesehatan wanita dan anak-anak? Cek di sini, ya!

 

Writer : Ratih AI Care
Editor :
  • dr Nadia Opmalina
Last Updated : Minggu, 16 April 2023 | 14:00